Dalam rangka refleksi peringatan hari lahir pustakawan Indonesia yang ke 47, Ikatan Pustakawan Indonesia Propinsi Bengkulu mengadakan diskusi melalui seminar kepustakawanan dengan tema Reformulasi peran organisasi profesi dalam penguatan pustakawan”. Acara ini dibuka oleh Gubernur Bengkulu, dalam hal ini diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bengkulu bapak H. Hamka Sabri dilaksanakan pada hari Selasa (21/7), di ruang VIP Pola Kantor Gubernur Bengkulu.

Dalam sambutannya,beliau mengapresiasi kepada PD IPI Bengkulu karena sudah berkontribusi aktif dalam pembangunan kepustakawanan melalui peningkatan kompetensi tenaga perpustakaan baik umum, sekolah maupun perguruan tinggi.  Ditambahkan Hamka, profesi Pustakawan merupakan salah satu profesi yang telah diakui oleh Pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya berbagai regulasi yang berhubungan dengan Perpustakaan dan Pustakawan.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Bengkulu Meri Sasdi, M.Pd selaku Ketua Penasehat PD IPI Bengkulu dalam sambutannya mengatakan “kunci yang paling utama dalam menciptakan masyarakat untuk memciptakan budaya membaca ialah bersinergi dengan berbagai Stakeholder yang ada, khusus nya di Provinsi Bengkulu, oleh karenanya kami mendukung setiap program-program dan kegiatan positif yang dilakukan oleh PD IPI Bengkulu dibawah kepemimpinan Sutriono, S.IPI.,M.Pd.I.

Sedangkan dari diskusi yang cukup mendapat perhatian peserta seminar yang diikuti lebih dari 670 orang melalui saluran zoom dan lebih dari 400 orang melalui channel youtube ini menghadirkan 3 narasumber yang sudah tidak asing lagi di dunia Pustakawan Indonesia yaitu, Narasumber pertama bapak Quraisy Mathar, M.Hum (Ketua PD IPI Sulawesi Selatan yang juga Dosen Ilmu Perpustakaan UIN Alaudin Makassar) “menyampaikan materi Arah baru Ikatan Pustakawan Indonesia; antara Simbolik dan Substantif?”Narasumber ke 2 bapak Dr. Wiji Suwarno, S.IPI.,M.Hum (Presiden Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia /ISIPII) :  “Strategi penguatan pustakawan di era New Normal” sedangkan Narasumber ke 3 bapak Sutriono, S.IPI.,M.Pd.I (Ketua PD IPI Bengkulu) “Peran IPI Bengkulu dalam pembangunan sumber daya perpustakaan”

Dari hasil diskusi seminar ini, menghasilkan 8 poin harapan agar IPI benar-benar bisa menjadi IPI masa depan dengan kriteria sebagai berikut: 1). IPI harus memperkuat rancangan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) untuk disinkronkan dengan KKNI (kerangka kurikulum nasional indonesia) milik Perguruan Tinggi penyelenggara Program Studi Ilmu Perpustakaan. 2). IPI harus menjadi lembaga yang ikut mengesahkan SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah) milik para alumni Program Studi Ilmu Perpustakaan, syaratnya adalah IPI harus merancang dan melaksanakan magang calon pustakawan (semacam koas dalam bidang kedokteran atau ners dalam bidang keperawatan)  3). IPI harus “fight” memperjuangkan tunasnya, dalam halini paramahasiswa dan alumni program studi ilmu perpustakaan, sebagai calon pustakawan profesional. 4). IPI harus memperjuangkan perubahanuu no. 43 (2007), khususnya untuk kalimat “pelatihan kepustakawanan”. 5). IPI harus berani mengadopsi beberapa item organisasi profesi yang lain, yang sudah lebih mapan, dan harus mau untuk terus dibanding-bandingkan, sebabhanya dengan cara tersebut IPI akan lebih bisa mengukur dirinya sendiri. 6). IPI harus bottom up, tidak top down; 7).IPI harus kekinian dan terbuka untuk terus dikritik dari masa kemasa dan dari generasi ke generasi; 8).IPI haruspunya power dan legitimasi untuk merekomendasi parapimpinan perpustakaan, baik pusat maupun daerah.